Kelibat itu sering saja aku nampak
lalu-lalang menyusun nista
bumi luas membulat
kenapa mesti aku?
Kelibat itu menjenguk bisu
kadang-kadang aku takut
ngeri memikir wajah penipu
bau saja wangi tapi rupa tetap hodoh
Kelibat itu tiba-tiba menyepi
mungkin dia tahu aku sedar
lantas aku beranikan diri
mencari di ruang pusaka keliru
Kelibat itu hanya kaku
mungkin sudah penat mencipta alasan
perlahan aku dekati
hanya derapan tapak menemani
Kelibat itu sudah mati
baru hilang curiga yang bertandang
aku lega tiada siuman
hanya senyuman menjadi kafan.
eh!!!ini sajak atau puisi...atau luahan perasaan...atau apakah??
ReplyDeletesemua pon boleh!hahaha
ReplyDelete